portalutama.com – JAKARTA – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta dukungan konkret dari sektor jasa keuangan (SJK) terkait program hilirisasi di Indonesia.
Hilirasasi termasuk sektor sumber daya alam laut berupa ikan, seperti Tuna, Cakalang, dan Tongkol. Namun demikian, dukungan itu harus tetap terukur dan dengan kehati-hatian yang tinggi.
“Tadi disampaikan oleh Ketua OJK mengenai hilirisasi akan diberikan dukungan. Saya minta betul-betul yang konkret. Karena masih saya dengar yang mau bikin smelter saja kesulitan mencari pendanaan, dukungan itu diberikan tapi juga dengan kalkulasi dan kehati-hatian yang tinggi,” ungkap Presiden di acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2023, Senin (6/2/2023).
Menurut Presiden, hilirisasi adalah kunci bagi Indonesia melompat menjadi negara maju. Apalagi dalam perkembangannya, Indonesia dalam beberapa tahun belakangan hanya berkutat sebagai negara berpendapatan menengah-atas. Bahkan karena pandemi Covid-19, Indonesia harus turun kasta menjadi negara berpendapatan menengah-bawah, meski di tahun 2022 kembali masuk ke jajaran negara berpendapatan menengah-atas.
“Inilah yang harus terus secara konsisten kita dorong dan naik terus PDB kita sehingga kita harapkan betul-betul kita bisa melompat maju ke depan. Dan hilirisasi menjadi kunci bagi negara ini kalau kita mau menjadi negara maju. Di semua komoditas, baik itu yang namanya CPO, baik itu minerba, baik yang berasal dari sumber daya alam laut kita, semuanya,” ujar Jokowi.
Presiden mengakui, sejatinya hal ini sudah sering disampaikan, termasuk nilai tambah yang dihasilkan dari hilirisasi. Komoditas seperti nikel misalnya, nilai tambah yang dihasilkan melejit dari ekspor bahan mentah senilai US$ 1,1 miliar menjadi US$ 30 miliar setelah ada hilirisasi. Kesuksesan ini yang harus diikuti komoditas lain seperti bauksit, timah, tembaga, emas, gas alam, dan minyak.
Sumber Daya Laut
Selain itu, kata Presiden, tidak boleh terlewat adalah hilirisasi sumber daya alam laut yang juga akan memberikan nilai tambah berkali lipat. Perlu diingat, dua pertiga wilayah Indonesia merupakan kawasan laut dengan luas 3,25 juta kilometer persegi.
Potensi yang besar itu belum diberdayakan seutuhnya oleh Indonesia. Sebagai contoh, Indonesia menjadi eksportir nomor satu rumput laut. Tapi menempati peringkat ketiga sebagai eksportir karaginan atau salah satu produk olahan rumput laut dalam industri pangan dan non pangan.
“RRT tadi importir rumput laut nomor satu sekaligus eksportir nomor satu karaginan. Ini yang harus kita tiru. Kita seharusnya menjadi eksportir nomor satu bahan mentah, tapi juga eksportir nomor satu karaginan. Harusnya seperti itu. Dan nilai tambah yang ada disini akan melompat,” papar Presiden.
Tuna, Cakalang, Tongkol
Begitu juga pemanfaatan sumber daya alam laut berupa ikan, baik tuna, cakalang, maupun tongkol segar. Dalam kasus ini, Indonesia menjadi eksportir terbesar tapi sekaligus menjadi importir tepung ikan. Hal ini menjadi lucu karena sumber daya alam laut ini seharusnya bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin.
“Apa tidak bisa kita menghilirkan ini, mengindustrialisasikan ikan-ikan ini jadi tepung ikan. Sesulit apa? Apa sulit banget sih? Ndak. Kalau kita belum mampu ya gandeng partner. Saya selalu sampaikan gandeng partner, jangan ragu-ragu untuk masuk ke sana,” ungkap Jokowi.
Terlepas dari tuna, cakalang, dan tongkol segar, sumber daya alam laut Indonesia juga punya udang yang bisa menghasilkan nilai tambah berkali lipat. Udang misalnya bisa menghasilkan nilai tambah hingga 27 kali lipat sebagai pupuk chitosan atau 3,2 kali lipat sebagai daging rajungan.
Oleh karena itu, pemerintah ingin semua sumber daya yang ada di dalam negeri tersebut mulai di hilirisasi agar menghasilkan nilai tambah. Hingga pada akhirnya, PDB Indonesia bisa melompat dan menjadi negara maju seperti yang dicita-citakan selama ini. Maka perlu integrasi dan penting dukungan dari berbagai pihak, khususnya sektor jasa keuangan atau SJK.
“Dan sekali lagi saya minta dukungan dari OJK mengenai ini. Bagaimana memberikan sosialisasi pentingnya memberikan hilirisasi. Karena proyeksi dampak hilirisasi dari minerba, migas, dan kelautan, bisa sampai angka US$ 715 miliar. Dan lapangan kerja bisa 9,6 juta. Besar sekali, nilai yang terus akan kita kejar, terus kita kejar,” tandas Presiden.